Hidayatullah.com–Dominasi Hizbullah di Libanon atas perintah Iran adalah penyebab krisis politik di negara itu dan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri, kata Saad Hariri dalam sebuah wawancara TV yang emosional pada hari Ahad malam seperti dikutip Arab News, Senin (13/11/2017).
“Saya tidak menentang Hizbullah sebagai partai politik tetapi Hizbullah seharusnya jangan jadi penyebab kehancuran Libanon,” kata Hariri.
Dia juga mengatakan ia akan kembali ke Libanon “segera,” dan bahkan mungkin membatalkan pengunduran dirinya jika milisi Syiah – Hizbullah menghormati kebijakan Libanon yang menjauhi konflik regional.
Hariri berhenti dari jabatannya pada tanggal 4 November di Riyadh, sebab adanya pengaruh Iran di Libanon. Dalam wawancara dengan Future TV, dia mengatakan itu adalah keputusannya sendiri, dan tujuannya adalah untuk membuat “kejutan positif” yang akan menarik perhatian Libanon akan bahaya yang dihadapi negara itu.
Raja Salman memperlakukannya seperti anaknya sendiri, kata Hariri, dan ia menaruh rasa hormat kepada Putra Mahkota Muhammad bin Salman. Dalam wawancara TV itu, yang disiarkan dari Riyadh, dia mengatakan stabilitas Libanon adalah hal yang penting bagi mereka berdua. Arab Saudi melebihi dari negara lain yang telah membantu Libanon setelah perang dengan Israel pada tahun 2006, katanya.
“Libanon adalah negara kecil dan harus menjadi non-blok, dan Arab Saudi selalu mengharap yang terbaik bagi Libanon. Apa yang akan terjadi pada 400.000 warga Libanon yang ada di negara-negara Teluk jika kami masuk dalam poros tertentu?” katanya.
“Iran harus berhenti mencampuri urusan negara-negara Arab dan kami menolak untuk diambilalih oleh Iran untuk masuk dalam poros melawan negara-negara Arab. Saya tidak akan tertarik membangun hubungan dengan rezim Suriah, yang tidak menginginkan saya. Itulah hal-hal yang harus diluruskan untuk menjaga Libanon jauh dari konflik regional.”
Hariri mengakui bahwa ia telah kehilangan popularitas di kalangan rakyat Libanon ketika ia menyetujui penyelesaian politik bagi pemerintahan konsensus dengan para menteri dari Syiah-Hizbullah, “tapi pihak-pihak lain tidak semangat dengan komitmen mereka. Saya tidak bisa menjadi satu-satunya orang yang membuat konsesi sementara pihak-pihak lainnya melakukan apapun yang mereka inginkan.”
Hariri mengatakan ia telah mengunjungi Uni Emirat Arab pekan lalu untuk menjelaskan kepada Sheikh Muhammad bin Zayed Al-Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi, tentang posisinya dan perlunya untuk melindungi Libanon. Dia menggambarkan pertemuan mereka sebagai “penuh persaudaraan dan positif.”
Baca: Komandan Tinggi Militer Hizbullah Terbunuh di Suriah
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dia juga membantah bahwa ia punya hubungan dengan investigasi anti-korupsi yang diluncurkan di Arab Saudi pekan lalu.
“Saya berharap kami bisa melawan korupsi di Libanon seperti yang sedang Arab Saudi lakukan, tetapi kampanye anti korupsi di Arab Saudi adalah urusan internal Saudi yang kami tidak ada hubungannya dengan itu. Saya belum mengalami apa pun terkait dengan interogasi dalam konteks kampanye anti korupsi di Arab Saudi.”
Hariri mengatakan kekhawatirannya dirinya akan dibunuh, seperti ayahnya Rafiq Hariri, tetapi ia masih bebas untuk kembali ke Libanon. “Saya bebas untuk perjalanan besok jika saya ingin. Saya akan kembali ke Libanon dalam beberapa hari.”
“Saya tidak peduli dengan jiwa saya — yang penting bagi saya adalah Libanon tetap aman.”/Abd Mustofa