Hidayatullah.com–Ribuan pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri dari ‘kekerasan sistematis’ di Myanmar akan ditempatkan di sebuah pulau terpencil di Teluk Benggala, yang sering dilanda banjir setiap tahun.
Pemerintah Bangladesh meminta dukungan internasional untuk merelokasi etnis Rohingya ke pulau tersebut karena negara miskin ini mengaku sedang menghadapi krisis, sedang, Dhaka sudah tak mungkin bisa menampung mereka karena jumlah imigran asal Rohingya yang mendapat dianiaya di Myanmar yang kini berada di kamp di Cox’s Bazar, perbatasan Bangladesh-Myanmar, sudah mencapai 400 ribu orang.
Lebih dari 300.000 etnis Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh sejak serangan dan ‘operasi pembersihan’ pada 25 Agustus 2017. Hampir semua pengungsi kini telah tinggal di distrik Cox’s Bazar, dekat perbatasan Myanmar, yang dikontrol PBB.
Meningkatnya jumlah pengungsi memaksa pihak berwenang Bangladesh untuk menemukan lahan untuk membangun lebih banyak kamp, termasuk pulau Thengar Char yang tidak berpenghuni yang disebut Bhasan Char – meskipun ada pertentangan dari para pemimpin Rohingya dan pejabat PBB.
Pulau Bhasan Char, terletak di muara Sungai Meghna, berjarak 1 jam perjalanan perahu dari Sandwip dan 2 jam dari Hatiya, salah satu pulau terbesar di Bangladesh.
Pihak berwenang pertama kali mengusulkan untuk memindahkan pengungsi Rohingya ke tempat itu tahun 2015 saat kamp-kamp di Cox’s Bazar dipenuhi oleh pendatang baru.
Namun rencana itu tertunda tahun lalu di tengah laporan bahwa pulau berlumpur, yang baru muncul dari laut pada tahun 2006, tidak dapat digunakan karena banjir pasang surut.
Pemerintah mencoba untuk menemukan ruang baru untuk pengungsi Rohingya, termasuk mendirikan sebuah kamp seluas 2.000 acre (800 hektar) baru di dekat Cox’s Bazar, yang dekat dengan perbatasan Myanmar, yang akan menampung sekitar 250.000 orang Rohingya.
Seorang pejabat polisi di wilayah itu mengatakan pulau Bhasan Char yang digunakan oleh para nelayan dan petani yang ingin memelihara hewan mereka, terkena banjir pasang surut sekali atau dua kali setahun.
“Saya rasa pulau itu perlu dikembangkan sebelum ia bisa dihuni,” kata pejabat itu, seperti yang dilansir SBS News pada 12 September 2017.
Perdana Menteri Sheikh Hasina mengunjungi lokasi konstruksi pada hari Selasa.
Namun ada kekhawatiran yang mungkin tidak cukup untuk menampung semua pengungsi.
Baca: Pilu Pengungsi Rohingya: Diburu di Dalam Negeri, Ditolak Negara Tetangga
Menteri Luar Negeri Bangladesh A.H Mahmood Ali, meminta bantuan internasional untuk membantu mengangkut Rohingya ke pulau Bhashan Char saat pertemuan dengan diplomat dan pejabat PBB.
Tetapi para pemimpin Rohingya tetap menentang gerakan itu, sementara seorang pejabat badan PBB memperingatkan bahwa setiap usaha untuk transfer paksa akan “sangat rumit dan mengundang kontroversi”.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Baca: UNHCR Khawatir Kondisi Pengungsi Rohingya di Bangladesh
Pembantu Perdana Menteri Hasina, yang menolak disebutkan namanya, menyatakan Bangladesh berhak memutuskan penempatan dan melindungi pengungsi yang terus bertambah.
“Masih banyak tempat tinggal lain seperti orang-orang Bangladesh. Ini negara kami, dan kami putuskan sendiri,” ucap dia dikutip Reuters.
Leonard Doyle, juru bicara Organisasi Migrasi Internasional, mengatakan gagasan memindahkan pengungsi Rohingya ke pulau itu telah dibicarakan bertahun-tahun. Namun dia belum mendengar kabar terbaru beberapa hari ini.
Rohingya, minoritas minoritas Muslim, telah melakukan siksaan sejak beberapa dekade di Myanmar dimana mereka dianggap sebagai imigran ilegal, meski telah tinggal di sana selama beberapa generasi.*