Sambungan artikel KEDUA
Para pengungsi Rohingya tanpa disadari menjadi korban dari ketegangan politik dan regional negara tersebut.
Semakin besarnya dukungan separatis Kashmir yang secara keras menentang penertiban surat keterangan domisili pada pengungsi Pakistan Barat – kebanyakan warga Hindu yang pindah ke India selama Partisi pada tahun 1947 dan ditempatkan di provinsi Jammu – telah memperbesar kebencian terhadap etnis Rohingya.
Gupta, yang menyebut separatis Kashmir munafik, memperingatkan bahwa “anda tidak dapat pilih-pilih terkait pasal 370”. Dia mengatakan akan menawarkan “bantuan finansial pada seluruh pengungsi Rohingya atas nama dewan Jammu jika mereka ingin meninggalkan negara tersebut”.
Bagi Sethi, dipilihnya Jammu sebagai tempat mengungsi menyakiti hatinya. “Apa yang diinginkan etnis Rohingya dengan datang ke Jammu ketika negara bagian seperti Bihar dan Bengar lebih dekat?” tanyanya. Jammu berada 25 kilometer dari perbatasan sementara Samba hanya 10 kilometer. Mereka telah tinggal di sepanjang rute (penyusupan) militan ke India. Mereka secara khusus menetap di daerah-daerah ini.”
Singh mengatakan bahwa dia takut dilanggarnya kedamaian dan radikalisasi di wilayah tersebut. “Semua pihak anti India mendukung mereka, apakah itu tidak cukup (untuk menentang pengungsi)” tanya Singh. “Hizbul Mujahidin mendukung mereka tinggal di sana. Dukhtaran-Millat (sebuah kelompok wanita di lembah itu) juga mendukung mereka. Sepertinya juga ada hubungannya dengan Pakistan.”
Baca: Militer Myanmar Lakukan Pemerkosaan terhadap Wanita Rohingya
Kelompok-kelompok yang menentang kamp-kamp pengungsi Rohingya di Jammu telah mengancam untuk melancarkan sebuah pergolakan di hari-hari yang akan datang.
Secara tidak diduga menjadi korban politik
Dipankar Sengupta, profesor ekonomi di Universitas Jammu, mengatakan bahwa saat ini, “tidak ada fakta yang dapat membantu”, menurunkan tingginya iklim paranoia terhadap para pengungsi. Dia berkata bahwa para pengungsi terperangkap dalam pusat politik yang mengadu Hindu dengan Muslim, Jammu dengan Kashmir.
Sengupta mengatakan bahwa sikap terbuka dan akomodatif Jammu, lahan yang bersahabat dan upah harian yang tinggi mungkin menjadi alasan utama mengapa etnis Rohingya memilih Jammu sebagai tujuan mereka. Di masa modern ini, “jika empat, lima pengungsi datang dan mengatakan pada rekan mereka kehidupan di sini mudah”, rekan lainnya akan mengikuti, kata dia.
“Di saat umat Hindu Jammu mengatakan bahwa mereka merasa terancam dan (etnis Rohingya) tidak dapat tinggal di sini, secara otomatis Kashmir, yang mungkin tidak bersimpati pada etnis Rohingya, akan mengatakan bahwa mereka harus berada di sana,” kata Sengupta.
Dia menambahkan: “Di dalam sebuah negara yang sensitifi dan meski daya tarik (ekonomi)nya, etnis Rohingya seharusnya ditempatkan di tempat lain.”
Baca: PIARA: Di Myanmar telah Terjadi Genosida atas Etnis Rohingya sejak Lama
Pengacara senior Hari Chand Jhalmeria mengatakan bahwa beradunya fundamentalisme agama di Kashmir dan Jammu telah menciptakan sebuah lingkungan di mana suatu tindakan di wilayah tersebut dapat memicu tindakan di wilayah lain. Jhalmeria juga menuduh kelompok Islam di Kashmir telah “menyebabkan sebuah kegilaan di Jammu sehingga terdapat rencana untuk mengusir Muslim secara massal di Jammu. Sebaliknya 10.000-20.000 pengungsi tidak akan penting.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
‘Aku hanya ingin pulang’
Ketegangan yang terjadi karena keberadaan mereka di Jammu telah menyebabkan beberapa pengungsi berupaya pindah dari tempat itu.
“Beberapa keluarga etnis Rohingya memberitahukan pada UNHCR (Komisi Tinggi Pengungsi PBB) bahwa mereka harus meninggalkan Jammu karena takut,” seorang anggota badan pengungsi itu mengatakan. “Kami sedang membantu keluarga-keluarga ini untuk pindah ke tempat lain.”
Etnis Rohingya juga sudah tidak sabar menunggu situasi di tanah air mereka mereda. “Kami hanya membutuhkan sebuah tempat untuk tinggal selama beberapa waktu,” kata Zahid Hussain. “Kami tidak ingin menetap di sini selamanya.”
“Andai aku seekor burung, aku akan terbang pulang ke Burma dan duduk di pohon yang berada di seberang rumahku,” kata Syed Hussain. “Aku hanya ingin bebas dan mengamati rumahku,” ujarnya.*/Nashirul Haq AR