Hidayatullah.com—Walaupun banyak orang terkejut –termasuk politisi dan warga pendukung Brexit– dengan hasil referendum bulan Juni kemarin yang memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa, dan banyak kalangan menilai Inggris tidak siap meninggalkan UE, namun jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa mayoritas warga Inggris tidak ingin ada referendum kedua untuk memastikan keputusan tersebut.
Dilansir Reuters, sebuah survei oleh ComRes untuk koran Sunday Mirror dan Independent yang dirilis hari Sabtu (16/7/2016) mendapati bahwa 57 persen responden mengatakan tidak mendukung referendum Brexit kedua. Hanya 29 persen yang mendukung referendum Brexit digelar lagi.
Sebanyak 46 persen berpendapat Theresa May, eks menteri dalam negeri yang menggantikan David Cameron sebagai perdana menteri, tidak perlu menggelar pemungutan suara untuk menentukan kebijakannya. Sementara 38 persen berpendapat May perlu mencari sokongan rakyat untuk mendukung programnya membawa Inggris keluar UE.
Sebanyak 52 persen rakyat memilih Inggris keluar dari UE dalam referendum Brexit bulan Juni kemarin, sementara 48 persen memilih agar Inggris bertahan. Hasil tersebut mengejutkan banyak kalangan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Lebih mengejutkan lagi karena para politisi Inggris yang mendukung kerajaan itu hengkang dari Uni Eropa ternyata tidak memiliki peta arah tujuan ke mana negara itu akan dibawa setelah berhasil keluar dari persekutuan ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Menyusul hasil referendum, David Cameron yang menginginkan Inggris tetap menjadi anggota UE, memilih mundur dari jabatan perdana menteri.
Theresa May, yang mengambil estafet kepemimpinan dari Cameron pekan lalu, telah memutuskan bahwa tidak akan ada referendum kedua, sebab jika hasil referendum Juni menyatakan “Brexit, maka artinya Brexit,” Inggris harus keluar dari Uni Eropa.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Partai berkuasa saat ini, Partai Konservatif, yang menang tipis dalam pemilihan umum 2015, serta PM Theresa May mengatakan tidak akan ada pemungutan suara rakyat lagi sampai tahun 2020.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan pada 13-15 Juli 2016, ComRes mewawancarai 2.097 orang dewasa secara online.*