Hidayatullah.com–Sekitar 70.000 warga sudan selatan kebanyakan wanita dan anak-anak melarikan diri akibat pertempuran di barat laut Sudan Selatan, dengan pemandangan mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan raya, demikian kata organisasi bantuan medis, Doctors Without Borders (MSF), dikutip Aljazeera, Kamis (29/06/2016).
Pemerintah menyalahkan kekerasan yang dipicu oleh kelompok pemberontak Sudan Selatan, di mana milisi bebas masih beroperasi setelah pembentukan pemerintah transisi, sehingga mengakhiri konflik lebih dua tahun antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya Riek Machar pada April lalu.
Menurut MSF, sebanyak 10.000 orang dari mereka melarikan diri dan berlindung di pangkalan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan banyak lagi dilaporkan akan tiba di pangkalan itu.
“Kami tidak tahu berapa banyak yang tewas, tapi banyak mayat bergelimpangan di jalan raya,” kata wakil koordinator medis MSF, David Kahindi.
MSF merawat 334 orang yang terluka terkena tembakan, terluka akibat diperkosa, dan penyakit.
Puluhan ribu dibiarkan tewas dan lebih dua juta lagi hilang tempat tinggal di Sudan Selatan setelah terjadi perebutan kekuasaan antara Kiir dan Machar sebelum ia memuncak menjadi konflik bersenjata pada Desember 2013.
Pemerintah menyalahkan kekerasan itu pada kelompok pemberontak garis keras mencakup mantan tentara pemerintah, dari kelompok pemberontak yang dipimpin kelompok ‘Tentara Perlawanan Tuhan’ dan milisi Sudan yang dikenal sebagai Janjaweed.
Janjaweed adalah suatu istilah yang merujuk terutama pada orang-orang bersenjata di wilayah Darfur, Sudan bagian barat. Menurut definisi PBB, Janjaweed terdiri dari para milisi kulit hitam berbahasa Arab, yang intinya berasal dari kaum Abbala (peternak unta) dengan melibatkan kaum Baggara (peternak sapi).
Juru bicara pemerintah, Michael Makuei mengatakan, pertempuran di Wau telah melibatkan militer melawan kelompok pemberontak baru dipimpin tokoh politik veteran Islam, Ali Tamim Fartak. Meski demikian, Fartak belum berkomentar mengenai tuduhan pemerintah ini.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
PBB memperingatkan pada hari Rabu bahwa sampai 4,8 juta orang di Sudan Selatan menghadapi parah kekurangan pangan dalam beberapa bulan mendatang, tingkat tertinggi sejak konflik meletus lebih dari dua tahun yang lalu.
Menurut PBB, setidaknya 100.000 orang telah lari dari Sudan Selatan dalam beberapa bulan terakhir ke negara-negara tetangga Kenya, Sudan, Republik Demokratik Kongo dan Uganda. Mereka memprediksi, angka ini naik menjadi 150.000 pada akhir Juni.*