Hidayatullah.com– Direktur Hubungan Masyarakat Masjid Nabawi, Abdul Wahid Al-Hetab, mengapresiasi pengaturan jamaah haji Indonesia dalam pelaksanaan ibadah haji, khususnya saat berada di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Indonesia termasuk salah satu pihak yang mendapatkan prioritas di Masjid Nabawi. Salah satu sebabnya, jumlah jamaah paling banyak. Pada musim haji tahun 1438H/2017 ini, sekitar 200 ribu lebih jamaah Indonesia beribadah di Masjid Nabawi. Jumlah itu menjadi negara dengan pengirim jamaah terbanyak.
“Alhamdulillah, jamaah Indonesia termasuk sangat tertib dan taat. Bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan baik,” ujar Al-Hetab dalam keterangan yang disampaikan Kementerian Agama, semalam, Kamis (28/09/2017).
Baca: Diterima Menag, Sekjen Rabithah ‘Alam Islami Puji Keramahan Jamaah Haji Indonesia
Dikatakan Tim Media Center Haji (MCH) Kemenag, jamaah Indonesia berada di Madinah dalam 2 gelombang. Jamaah gelombang pertama tiba di Madinah pada akhir Juli 2017. Setelah 8-9 hari, mereka bergeser ke Makkah. Usai puncak haji, jamaah terbang ke Tanah Air.
Sementara, pada saat bersamaan, jamaah gelombang kedua yang sebelumnya mendarat di Jeddah, bergerak dari Makkah ke Madinah antara Rabu, 6 September hingga Selasa, 26 September. Mereka akan pulang ke Indonesia via Madinah sejak Kamis, 21 September hingga Jumat, 6 Oktober.
Jamaah haji Indonesia di Masjid Nabawi untuk melaksanakan ibadah arbain (shalat 5 waktu tanpa putus sebanyak 40 kali). Selain itu, mereka juga berziarah ke sejumlah tempat seperti Jabal Uhud, Masjid Quba (masjid pertama yang dibangun Rasulullah), Masjid Qiblatain (masjid 2 kiblat), dan lain-lain.
“Bangsa Indonesia tahu aturan. Saya tidak bisa menyampaikan dengan istilah lain. Subhanallah, sangat baik. Terutama soal perpindahan jamaah dan ibadah,” terang Al-Hetab mengomentari.
Baca: KPHI Nilai Penyelenggaraan Haji 1438 H Berjalan Lancar
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada kesempatan itu, Al-Hetab menjelaskan tentang sejarah masjid dan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyambut jamaah haji maupun umrah. Misalnya, soal 250 payung elektrik di halaman masjid, 100 pintu untuk akses ke bangunan masjid, hingga fasilitas seperti tempat parkir dan sound system.
Al-Hetab memaparkan pembangunan dan perluasan Masjid Nabawi dari satu penguasa ke penguasa. Menurutnya, masjid kian modern di tangan Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud saat ini.
Selain itu, untuk mengakomodasi kepentingan jamaah, pengelola masjid juga membuka majelis atau ceramah bermacam bahasa. Termasuk di antaranya berbahasa Indonesia. Penceramah merupakan mahasiswa atau pakar.
“Kajiannya soal tauhid, tafsir, fiqh, sejarah Nabi, syariah, ibadah, dan haji,” tandasnya.*