Hidayatullah.com— Kecenderungan mengembalikan masyarakat kepada nilai-nilai tradisi adalah buah dari gerakan sekularisai yang tujuaannya untuk mengerdilkan Islam.
“Nativisasi merupakan buah dari sekularisme sebagai cara untuk mengerdilkan peran Islam dengan cara menghidupkan kembali budaya pada zaman pra-Islam,” ujar Beggy Rizkiyansyah dari Jejak Islam untuk Bangsa (JIB) saat membuka perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Fatahillah, Rabu malam (18/01/2017) lalu.
Pertemuan ke-12 ini membahas tema “Nativisasi”. Dalam kajian ini, diulas bahwa salah satu sebab pemerintah kolonial dan misionaris berhasil menghilangkan identitas Islam di Nusantara ialah dengan cara mempelajari budaya Indonesia hingga pendidikan dan sosial-politiknya.
Nativisasi Cenderung Tonjolkan Nilai Tradisi dan Kesampingkan Nilai Agama
Pembicara yang enggan dipanggil ‘ustadz’ itu menjelaskan sejarah terjadinya nativisasi di Indonesia di lima daerah, yaitu Batak, tanah Sunda, Jawa, Bali dan Minahasa.
“Pemerintah kolonial dan misionaris sejak abad ke-17 saling membantu untuk menyebarkan paham nativisme dengan menghidup-hidupkan kebudayaan lama yang telah terkubur dan mati dalam masyarakat,” tambahnya.
Tokoh-tokoh nativisme yang namanya sering muncul dalam buku-buku sejarah antara lain Thomas Stanford Rafless dan Van Den Bosch.
Keduanya sangat berpengaruh dalam pengaburan nilai-nilai Islam di Indonesia. Kaum kolonialis dan misionaris memanfaat kaum priyayi sebagai alat untuk menguasai Indonesia. Tujuan yang digadangnya dikenal dengan sebutan “3G” (Gold, Glory, Gospel).
Untuk mencapai tujuan ‘gospel’ ini, misionaris mau melakukan segala cara.
Sekularisasi dan Deislamisasi merupakan Tantangan Pengajaran Sejarah di Indonesia
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Banyak sekali efek yang masih terasa saat ini akibat dari gerakan nativisasi. Masyarakat masih menganggap bahwa nilai-nilai Islam bertentangan dengan budaya. Hal ini mendapat tanggapan khusus dari salah seorang peserta kursus singkat SPI Fatahillah.
“Sebagai kaum muslim muda, yang harus kita lakukan adalah melakukan gerakan-gerakan untuk mengislamisasikan budaya Indonesia. Kita harus memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa Islam adalah satu kesatuan dengan budaya Indonesia,” ungkap Tiara Yunanda Putri.*/kiriman Irma Oktiani