Hidayatullah.com–Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta Selatan pimpinan KH. Prof. Syukron Ma’mun hari ahad (22/03/2015) menggelar acara Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.
Pada acara yang diadakan di aula pertemuan kompleks pesantren yang dihadiri oleh sekitar 7000 orang, termasuk dari kalangan pejabat pemerintah (Menag, Wakil Wali Kota Jaksel, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Habaib, Kiayi, para wali murid, alumni dan masyarakat sekitar.
Syukron Ma’mun yang juga mantan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) era KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyampaikan sambutan di antaranya pentingnya umat Islam untuk melestarikan dan menghidupkan sunnah baik di tengah-tengah masyarakat.
Kiai Syukron juga membahas seputar isi dialog lamanya dengan Mufti Arab Saudi, Almarhum Syeikh Abdullah Bin Baz di kediamannya Aziziyah- Makkah terkait amalan-amalan yang telah menjadi tradisi di kalangan mayoritas umat Islam Indonesia seperti ziarah kubur, tawassul dan memperingati kesyukuran atas kelahiran Nabi Muhammad.
Dalam dialog khusus di kediaman sang Mufti tersebut, KH. Syukron Ma’mun mengaku menyampaikan karakteristik amalan yang dilakukan tersebut yang menurutnya tidak terdapat hal yang bertentangan dengan syariat Islam.
“Di akhir dialog tersebut Syeikh Bin Baz mengatakan, In kunta ‘aliman fashna’ maa syi’ta” (kalau Anda mengetahui benar syariatnya maka lakukanlah sesukamu (amalan tersebut),” demikian ujar Syeikh Bin Baz kepada KH. Syukron kala itu.
Kiai Syukron juga mengatakan, Syeikh Bin Baz walaupun tidak melihat, sudah sangat hafal dengan suara KH. Syukron jika ia berkunjung ke halaqahnya di Masjidil Haram.
Demikian pula dengan Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, KH. Syukron selalu menyempatkan diri untuk mengaji di rumahnya dan beberapa kali beliau juga singgah di pesantren KH. Syukron di Jakarta.
Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin yang hadir dan berkesempatan memberikan sambutan menegaskan kehadirannya di Daruul Rahman membawa kenangan 37 tahun lalu, saat dirinya menjadi bagian dari ribuan santri yang telah didik oleh KH Syukron Ma’mun sebagai pengasuh dan para ustadz pesantren lainnya.
Menag mengaku kagum bahwa Pondok Daarul Rahman tetap eksis dan lestari. Menurutnya, tidak mudah memelihara pondok pesantren di tengah-tengah kota metropolitan seperti Jakarta ini.
Menag mengingat bahwa ketika dirinya masih nyantri, 37 tahun yang lalu, kondisi masjid Daarul Rahman belum seperti saat ini, lantainya masih berupa gundukan pasir-pasir sehingga saat mengaji kitab juga masih beralaskan pasir.
“Alhamdulilah sekarang Daarur Rahman sudah berkembang luar biasa, tidak hanya disini tapi juga di Leuwiliang –Bogor dan Parung. Ini adalah sesatu yang menandakan keberkahan karena sekali lagi tidak mudah menjaga dan memelihara lembaga pendidikan sepeti pondok ini,” kata Menag.
Turut memberikan ceramah, Dai kondang KH. Dr. Manarul Hidayat yang juga mengaku sebagai murid dakwah dari KH. Syukron Ma’mun. KH. Manarul Hidayat mengajak para hadirin, khususnya para alumni Daarul Rahman untuk menghidupkan kembali organisasi “Ittihadul Muballighin” di tengah-tengah dahsyatnya tantangan pendangkalan akidah dan kebutuhan masyarakat akan hadirnya mubaligh yang memahami dan mengamalkan ajaran Ahlus Sunah Waljamaah secara konsisten.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pondok Pesantren Daarul Rahman berdiri tahun 1975, memiliki tiga lokasi yaitu di Jakarta Selatan, Leuwiliang-Bogor dan Parung-Depok.
Saat ini sekitar 43 Pesantren yang tersebar di Jabodetabek dipimpin oleh para alumni Daarul Rahman. Banyak komentar bahwa peringatan maulid kali ini adalah yang terakhir dilaksanakan di pondok yang berdekatan dengan Gelora Bung Karno Senayan ini, karena rencananya tahun depan pesantren akan pindah ke daerah Ciganjur. Banjir langganan menjadi salah satu faktor rencana pemindahan tersebut sehingga proses belajar mengajar sering terganggu.*/kiriman Muladi