Oleh: Nuim Hidayat
BAGI yang memahami keilmuan Islam, akan mempertanyakan serius pendapat kacau Jalal ini. Dr Anis Malik Thoha, misalnya telah menulis disertasi yang serius tentang pluralisme ini. Bukunya yang berjudul Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis (terjemahan dari buku aslinya “Ittijahat al Taaddudiyah al Diniyah al Mawqif al Islami Minha”, mendapat sambutan hangat di tanah air dan merupakan salah satu buku ilmiah yang komprehensif membahas pluralisme agama.
Buku ini mendapat pujian sebagai buku terbaik di Islamic Book Fair Jakarta. Sedang karya aslinya mendapat penghargaan Ismail Faruqi Award dari Universitas Islam Internasional (IIUM) di Malaysia. Buku yang diterbitkan Gema Insani 2005 ini, jauh lebih ilmiah dari buku Jalaluddin yang ‘hanya’ berisi pemikiran-pemikiran ‘sambil lalu’.
Pada intinya dalam bukunya ini, Dosen Perbandingan Agama ini menyatakan bahwa semua Nabi agamanya adalah sama, yaitu Islam. Tidak ada satu Nabi pun yang beragama Kristen, Yahudi atau lainnya. Semua Nabi yang mengajak pengikutnya ke surga ini hanya menyerukan tauhid kepada Allah.
Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Nabi Isa dan terakhir Nabi Muhammad semuanya Muslim. Banyak ayat al Qur’an yang menyebutkan hal itu. Diantaranya : QS Yunus 71-72, QS Al Baqarah 128, QS al Baqarah 131-133 dan seterusnya.
Dalam surat Ali Imran 67 misalnya, jelas dikatakan bahwa agama Nabi Ibrahim adalah Islam, bukan Yahudi atau Nasrani.
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus dan Muslim dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”
Rasulullah saw menyatakan: “Kami semua nabi-nabi, agama kami sama, aku orang yang paling dekat kepada putera Maryam, karena tidak ada satu pun Nabi antara aku dan dia.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Nabi-nabi adalah bersaudara, agama mereka satu meskipun ibu-ibu mereka berlainan.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ahmad).
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam), orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Demi Dzat yang jiwa menguasai jiwa Muhammad Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nashrani yang mendengar tentang diriku dari Umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka.” (HR Muslim)
Walhasil, yang paling fatal dalam buku Kang Jalal, tidak membahas ayat-ayat Al Qur’an tentang kekafiran Nasrani, Yahudi atau agama-agama lainnya. Kekafiran mereka yang menuhankan Isa, kekafiran mereka yang menyembah matahari, kekafiran mereka yang menolak Al Qur’an dan lain-lain.
Di dalam Al Qur’an jelas ada surat al Kaafirun. Juga Rasulullah saw selama hidupnya senantiasa mengajak kaum Musyrikin untuk masuk Islam. Dengan terus menerus menyampaikan dakwah, kebaikan dan kebenaran Islam serta kadang-kadang berdebat dengan para pendeta. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah saw ketika berdebat dengan pendeta Najran. Bahkan dalam surat-suratnya ke beberapa kepala Negara, Rasulullah saw menyatakan: Aslim Taslam, Islamlah, kamu akan selamat!
Karena itu orang yang masuk Islam, diwajibkan melafadzkan “Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah Utusan Allah.” Karena inti letak perbedaan Islam dengan yang lainnya adalah pada keimanan pada Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang terakhir. Dari Rasulullah kita mengimani Tuhan yang benar Allah SWT, Al Qur’an, hari akhir, beramal saleh dan seterusnya.
Maka bila Jalal menyatakan (tersirat) bahwa di zaman kini tanpa iman kepada Nabi Muhammad orang bisa selamat alias masuk surga, untuk apa Jalal selama ini menulis buku-buku Islam dan membentuk Ijabi, Ikatan Jamaah Ahlu Bait?
Bukankah itu untuk mengajak cinta kepada Ahlu Bait Nabi Muhammad saw? Jadi apa yang dimaui Jalal sebenarnya?
Harga Iman-Islam ini sangat mahal. Al Qur’an menyatakan harganya lebih dari emas sepenuh bumi. Perhatikanlah firman Allah SWT:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Sungguh orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang diantara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong.” (QS Ali Imran 91)
Allah SWT Maha Pengasih, tapi juga siksa Allah SWT sangat keras. Hidup ini adalah ujian. Di dunia saja bisa kita melihat hikmah-hikmah yang diberikan Allah ini. Logika kita tidak bisa menjawab dengan terang bila kita bertanya kenapa di dunia ini selain banyak yang baik juga banyak orang jahat?
Kenapa Allah ciptakan juga Syetan dan Iblis selain Malaikat? Kenapa banyak agama di dunia ini kok tidak hanya satu saja? Itu semua adalah rahasia Allah sang Pencipta alam semesta.
Maka keadilan Allah di akhirat nanti akan terbukti. Selain menciptakan Iblis, Syetan dan Malaikat, Allah SWT memberikan kasih sayangnya kepada kita dengan menurunkan para utusannya dan yang terakhir adalah Nabi Muhammad saw, untuk kita teladani agar kita selamat di dunia dan akhirat.
Yang menarik, meski Jalal banyak menulis tentang kekacauan logika orang, ternyata dia sendiri logikanya tak kalah kacau. Dan nampaknya Jalal tidak mendalami kekacauan-kekacauan agama selain Islam. Sehingga ia terperosok jauh ke lubang pluralisme. Sebuah agama baru di abad modern ini. Wallaahu aliimun hakiim.*
Penulis alumni Institut Pertanian Bogor, penulis Buku Imperialisme Baru