Sambungan artikel PERTAMA
Kekebalan ASI ini bersifat pasif sebab bayi memperolehnya dari tubuh ibu. Vaksinasi akan secara aktif merangsang tubuh bayi membentuk antibodi khusus.Antibodi yang dibentuk tubuh bayi melalui ikhtiar vaksinasi ini berbeda dengan antibodi yang tersedia dalam ASI. Antibodi di dalam ASI sebagian besar merupakan sIgA yang secara in vitro efektif melawan bakteri, virus, parasit juga jamur.
Antibodi sIgA dari ASI memproteksi di mukosa saluran pencernaan bayikemudian akan dikeluarkan melalui feses. ASI bisa membantu tubuh bayi membentuk respons kekebalan tubuh lebih baik pada beberapa jenis vaksin. Jadi, bayi yang diberi ASI juga tetap harus mendapatkan vaksin sesuai jadwal imunisasi termasuk untuk vaksin campak dan rubella.
Pemberian ASI serta asupan nutrisi yang optimal pada anak berumur 2 tahun berperan mengurangi angka kematian balita di negara berkembang hingga sekitar delapan ratus ribu anak setiap tahunnya.Pemberian imunisasi menggunakan vaksin yang mencegah penyakit berbahaya terbukti mampu mengurangi angka kematian anak sebanyak dua juta hingga tiga juta anak setiap tahun.
Kematian anak di Indonesia memang telah menurun drastis, namun banyak tantangan yang harus dihadapi supaya kualitas hidup anak bisa semakin lebih baik. Masih banyak lagi balita Indonesia yang bisa diselamatkan dengan perbaikan sistem kesehatan di seluruh negeri, memaksimalkan pemberian ASI eksklusif serta imunisasi memakai vaksin-vaksin yang telah terbukti secara ilmiah mampu mencegah penyakit.
Pemberian ASI juga vaksinasi diharapkan mampu memperkuat kekebalan tubuh anak secara optimal sehingga menjadi awal yang baik bagi kehidupan.
Pada tahun 1990, delegasi Indonesia ikut hadir dideklarasi innocenti yang merupakan tonggak sejarah untuk melindungi, mempromosikan dan mendukung pemberian ASI oleh negara-negara di dunia.
Pemerintah memperingati Pekan Menyusui Seduniapada setiap tanggal 1 – 7 Agustus yang diselenggarakan setiap tahun sejak 1992 untuk memperingati Deklarasi Innocenti. Indonesia mengikuti rekomendasi dari WHO dan UNICEF terkait pemberian makan bayi dan anak. Pada tahun 2001-2002, guideline WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan dengan mempertimbangkan hasil penelitian-penelitian ilmiah terbaru, sehingga setahun kemudian pemerintah mengubah rekomendasi pemberian ASI eksklusif dari 4 bulan menjadi 6 bulan. Meskipun masih memiliki banyak kekurangan, namun Pemerintah Indonesia mendapatkan apresiasi dunia sebab telah memiliki peraturan perundangan yang melindungi menyusui. Hak-hak ibu menyusui dilindungi oleh Negara menunjukkan bahwa Pemerintah sebenarnya peduli dan menyadari bahwa pemberian ASI penting bagi generasi penerus bangsa.
Pada tahun 2009 dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif dimasukkan dalam UU Nomor 36/2009 tentang Kesehatan. Pada tahun 2012, Pemerintah membuat PP Nomer 33 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Berbagai pelatihan Konseling Menyusui, perayaan Pekan Menyusui Sedunia, Bulan Menyusui dan Seminar ASI juga digalakkan.
Hingga tahun 2013 telah dilatih sebanyak 4.314 orang Konselor Menyusui dan 415 orang Fasilitator pelatihan konseling menyusui.Pemberian ASI eksklusif berdasarkan SDKI 2007 hanya 32% kemudian meningkat menjadi 42% pada 2012 (Susenas). Sementara berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi pada tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54.3% (Pusdatin). Angka cakupan IMD mengalami kenaikan dari 29.3% di tahun 2010 menjadi 34.5% di tahun 2013 dan 42,7% di tahun 2016.
Sebanyak 9 dari 10 ibu (96%) pernah menyusui bayinya namun kurang separuhnya saja yang sukses memberikan ASI eksklusif. Minimnya pengetahuan, kurangnya dukungan serta rendahnya kepercayaan diri membuat para ibu kesulitan menyusui. Para ibu yang baru melahirkan sering mendapatkan banyak intervensi dari suami, orang tua, keluarga besar, tetangga, teman, tenaga kesehatan, pimpinan kerja juga banyak pihak yang tidak mendukung menyusui. Akibatnya mereka menjadi tertekan juga kehilangan rasa percaya diri untuk bisa menyusui. Cuti melahirkan yang begitu singkat juga kesulitan memerah ASI membuat para ibu bekerja kesulitan menyusui.
Baca: Ibu Muda Mulai Gemar Memberikan ASI
Dakwah Media BCA - Green
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pada pelaksanaan Pekan ASI Sedunia 2017, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengambil tema nasional “Bekerja Bersama Untuk Keberlangsungan Pemberian ASI”. Melalui tema ini, pemerintah mengajak kerjasama berbagai pihak untuk ikut berperan mendukung ibu menyusui. Berbagai kegiatan dilaksanakan di pusat dan daerah yang kesemuanya diarahkan untuk mendorong pencapaian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif pada semua bayi. Dukungan semua pihak sangat berarti bagi kesuksesan menyusui. Menyusui bukan hanya tugas ibu saja. Para ibu menyusui memerlukan dukungan dari keluarga, masyarakat, tenaga kesehatan, swasta dan media. Kelas Ibu Hamil yang saat ini sudah diselenggarakan di berbagai fasilitas kesehatan juga Puskesmas diharapkan mampu membantu para ibu hamil menjaga kesehatan, mempersiapkan persalinan serta belajar pengasuhan bayi.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mampu hidup sendirian di dunia ini. Bekerja bersama orang lain diharapkan mampu membantu kita mencapai tujuan yang lebih besar. Kolaborasi yang harmonis bersama sesama akan membuat kita semakin berkembang untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan. Menyusui dan memberikan vaksinasi akan mampu menyelamatkan nyawa sesama serta generasi penerus bangsa. Para ibu yang mendapat dukungan menyusui terbukti akan lebih sukses menyusui.
Pemberian imunisasi MR diharapkan mampu memberikan kekebalan tubuh pada anak juga menciptakan kekebalan komunitas supaya masyarakat terlindungi dari infeksi campak juga rubella.Jadi, mari bersama kita bergandengan tangan untuk meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa demi terwujudnya negara yang kuat.*
Penulis adalah dokter dan konselor laktasi