Sambungan dari artikel pertama
BUKAN hanya dampak positif. MEA juga menimbulkan dampak negatif, di antaranya bisa dilihat dari penjelasan oleh sebuah situs online berikut:
“Dampak arus bebas investasi menimbulkan eksploitasi sumber daya (alam maupun manusia/SDA-SDM) yang ada di Indonesia oleh negara-negara asing. Apabila Indonesia tidak dapat menanganinya dengan baik, maka eksploitasi besar-besaran akan membuat Indonesia mengalami kerugian.”
Ketidaksiapan rakyat Indonesia dalam menghadapi MEA akan berdampak pada kerugian kepada bangsa Indonesia. SDA yang berlimpah, serta SDM yang kurang profesional, akan menyebabkan pengeksploitasi besar-besaran oleh perusahaan dan LSM asing.
Melihat realita yang ada selama ini, penulis berpandangan, sedikit sekali ormas Islam yang berperan dalam membangun perekonomian Indonesia. Terutama dalam hal menyediakan jasa dan mengelola SDA yang di negeri ini. Kebanyakan ormas Islam hanya bergerak di bidang tarbiyah atau dakwah.
Maka sangat besarlah kemungkinan, perusahaan dan LSM asing yang datang dengan para pekerja profesional, akan mengeksploitasi SDA maupun SDM di Indonesia.
Apabila ormas-ormas Islam di Indonesia tidak siap menghadapi MEA dari sisi SDM-nya, besar kemungkinan pergerakan perkembangan ormas Islam akan sulit. Bukan di luar negeri saja, bahkan di Indonesia pun akan banyak tantangan dijumpai.
Oleh karena itu, para dai dari berbagai ormas dituntut lebih profesional dan kompetitif dalam menghadapi “pesaing-pesaing” asing. Terutama dalam hal pemberdayaan SDM maupun pengelolaan SDA.
Serangan Budaya Asing
Dampak negatif lainnya bisa ditengok dari pemaparan terkait MEA berikut ini;
“Pembatasan dalam tenaga kerja profesional akan dihapuskan. Hal tersebut memberikan kesempatan tenaga kerja asing untuk masuk dalam lapangan kerja di Indonesia”.
Dengan dibebaskannya tenaga asing untuk bekerja di Indonesia, akan terjadi globalisasi dalam hal kebudayaan. Akan banyak sekali orang-orang dari negeri asing yang datang ke Indonesia. Khususnya karyawan, pekerja bahkan aktivis dari lembaga kemanusiaan maupun ormas yang ada di ASEAN.
Bisa jadi, akan banyak budaya dari negara asing yang bercampur baur di Indonesia. Hal itu bisa berdampak pada kultur dan budaya Nusantara yang selama ini dikenal dengan kultur keislamannya.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi ormas Islam, yang dituntut berperan penting, menjaga kultur keislaman dan ketimuran di Indonesia saat ini. Dengan tujuan, agar kultur itu tidak tercampur baur apalagi hilang akibat globalisasi dan dampak dari MEA.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Seiring itu, ormas Islam Indonesia dituntut untuk bisa tetap berdakwah dan bergerak dalam kultur mana pun di negara yang tergabung dalam MEA. Inilah tantangan sesungguhnya.
Dari serangkaian pemaparan tersebut, bisa dilihat bahwa MEA 2015 mempunyai dampak yang penting dalam pergerakan ormas Islam di Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan besarnya adalah, apakah ormas Islam bisa menjadikan MEA ini peluang untuk memperluas ekspansi dakwahnya? Atau malah menjadi penghambat pergerakan dakwah?
Kedua pertanyaan itu penting untuk dipikirkan oleh ormas-ormas Islam yang ada di Tanah Air, demi kemaslahatan umat dan bangsa ini ke depan. Wallahu a’lam.*
Bilal Tadzkir
Artikel ini sebagian isinya pernah menjadi tugas makalah penulis pada sebuah sekolah tinggi ilmu ekonomi di Depok